Bahagia Itu Indah
Peredaran obat-obat terlarang yang
marak tak hanya di kalangan anak muda, bahkan pada usia-usia yang menapaki
kedewasaan sangat menimbulkan keresahan. Kasus kecelakaan lalu lintas yang
menewaskan sekitar sembilan nyawa di Tugu Tani, hingga tertangkapnya seorang
pilot sebuah maskapai penerbangan yang tengah menggunakan barang haram
tersebut.
Berita yang tengah menjadi topik
hangat, baik di media ataupun jejaring sosial ini, menimbulkan sebuah tanda
tanya besar dalam benak saya. Apa yang menjadi motif di balik semua tindak
kriminal itu? Stress? Mencari ketenangan dan kebahagiaan? Ataukah hanya sekedar
bagian dari kehidupan sosialita?
Kalimat demi kalimat terurai dari
dalam pikiran saya, sesulit itu kah mencari euphoria atau suasana yang
dikatakan dengan bahagia? Serumit itu kah kehidupan sehingga segala cara
dihalalkan demi mencapai ketenangan? Sebuah arti dari bahagia dan tenang telah
bergeser perlahan.
Dunia hingar bingar dan perpaduan
batas antara dunia nyata dan mimpi memang terasa menyenangkan, seperti terbang
di atas awan. Namun, pernahkah terpikir bahwa semua euphoria itu hanya
berlangsung selama beberapa saat? Dampak negatifnya, sebuah penderitaan yang
mampu melumpuhkan otak bisa mendera hari-hari sang pengguna. Bukan lah kebahagiaan
yang ia dapatkan, tetapi mimpi buruk.
Nilai sebuah bahagia dan berpikir
positif itu relatif adanya. Tak hanya sekedar suasana sesaat dan
bersenang-senang bersama. Bukankah kita tak mengenal dunia seperti itu di masa
kanak-kanak? Setiap hari dihabiskan bersama keluarga, dengan pikiran yang masih
polos dan dipenuhi khayalan tentang dongeng, cerita positif serta kasih sayang
orang tua.
Tak ada salahnya bila ketika
beranjak dewasa, kita mencari kebahagiaan dalam sisi positif pula. Berbincang
pada Tuhan, menyayangi keluarga, serta mewujudkan kisah-kisah yang hanya ada di
dalam dongeng dalam sebuah karya nyata. Melihat tempat-tempat baru, bertemu
dengan pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya dan mendapatkan hasil
setelah bekerja keras akan membuat nilai kebahagiaanmu lebih maksimal.
Cukup mudah bukan menapakinya?
Bersyukur atas apa yang telah Tuhan anugrahkan dan selalu tersenyum menjadi
kunci terakhir dalam sebuah kata bahagia. So, cheer up guys! This world is
too beautiful to be ruined.
Warm Regards,
Candella Sardjito
Sumber : Photo source from
www.psychointegrator.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar